MAKALAH SOFTSKILL 1 "PEREKONOMIAN INDONESIA"
MAKALAH SOFTSKILL
“PEREKONOMIAN INDONESIA SETELAH
KEMERDEKAAN HINGGA REFORMASI”
Dibuat
oleh:
Annisa Maulidina (21213139)
Christin Erlinda (21213913)
Kurniawan Umar Hasan D (24213900)
Nita Rosmawati (24213476)
Roby Aditya Negara (28213044)
UNIVERSITAS GUNADARMA KALIMALANG
Jl. KH. Noer Ali (Eks. Duta Plaza)
Bekasi Barat
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan rahmat
dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “PEREKONOMIAN INDONESIA SETELAH
KEMERDEKAAN HINGGA REFORMASI” dengan baik dan semoga sesuai dengan apa yang diharapkan.
Makalah ini
juga merupakan salah satu kelengkapan tugas mahasiswa/i kelas 1EB20 sebagai
syarat penilaian mata kuliah Perekonomian Indonesia pada tahun ajaran ATA
2013/2014.
Dalam
kesempatan ini, penyusun megucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang memberikan dukungan dan bantuan secara moral maupun material
dalam proses penyelesaian makalah ini.
Ucapan
terima kasih tersebut ditunjukan kepada yang terhormat:
Bapak Mujiyana, S.E, MM selaku dosen mata kuliah
Perekonomian Indonesia.
Kami
menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu semoga pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih positif serta memberikan
manfaat pada kita semua.
Semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak.
Penyusun
LATAR BELAKANG
Keadaan
keuangan pada awal kemerdekaan amat buruk, karena lebih dari satu mata uang
beredar tidak terkendali. Pada saat itu mata uang Jepang dan Sekutu beredar di
masyarakat, mereka berhasil menguasai bank-bank. Maka RI menetapkan tiga mata
uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang
pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang penduduk Jepang. Saat itu petani di Indonesia adalah
kelompok masyarakat paling menderita akibat inflasi karena petani merupakan
produsen yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang.
Pada
tanggal 6 maret 1946, Letnan Jendral Sir Montagu Stopford mengumumkan berlakunya
uang NICA sebagai pengganti uang Jepang yang nilainya sudah cukup turun. Oleh
karena itu pada bulan oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan ORI (Oeang
Repoeblik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Karena banyak uang yang
beredar maka mempengaruhi kenaikan harga.
Rumusan masalah
1. Bagaimana
perkembangan perekonomian Indonesia dari pasca kemerdekaan hingga saat ini?
2. Apa
saja usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi pasca
kemerdekaan?
3. Apasaja
kelemahan dan kelebihan dari kebijakan yang diterapkan oleh presiden pada jaman
kepemimpinannya?
Tujuan
1. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah softskill Perekonomian Indonesia.
2. Untuk
mengetahui perkembangan Perekonomian Indonesia dari pasca kemerdekaan hingga
saat ini.
3. Untuk
mengetahui kebijakan yang diterapkan oleh presiden pada jaman kepemimpinannya.
A. Ekonomi Indonesia
pada masa pasca kemerdekaan (1945-1950)
Untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan ekonomi di Indonesia pada saat itu dilakukan usaha-usaha
berikut ini antara lain :
·
Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri
keuangan Ir. Surachman dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli
1946.
·
Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke
India, mangadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade
Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
·
Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk
memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi
yang mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah
sandang, serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
·
Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi)
19 Januari 1947
·
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera)
1948, mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
·
Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada
pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada
pangan, diharapkan perekonomian akan membaik (Mazhab Fisiokrat : sektor
pertanian merupakan sumber kekayaan).
Sebagai tokoh pejuang kemerdekaan, Proklamator sekaligus Presiden
pertama indonesia, perekonomian indonesia tidak dapat lepas dari sosok Ir.
Soekarno. Sebagai orang yang pertama memimpin Indonesia boleh dibilang Soekarno
adalah peletak dasar perekonomian indonesia.
Beberapa kebijakan yang diambil dibawah
pemerintahan Soekarno diantaranya :
● Nasionalisasi
Bank Java menjadi Bank Indonesia
● Mengamankan
usaha-usaha yang menyangkut harkat hidup orang banyak
● Berusaha
memutuskan kontrol Belanda dalam bidang perdagangan ekspor-impor
●
Serta beberapa kebijakan lainya yang ditujukan untuk memajukan perekonomian
indonesia.
Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan
baik dan tantangan yang menghadangnya cukup berat. Upaya pemerintah untuk
memperbaiki kondisi ekonomi adalah sebagai berikut.
Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya
memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal
setengahnya. Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa
pemerintahan RIS.
Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor
1 PU tanggal 19 Maret1950. Tujuannya untuk menanggulangi defisit
anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.
Dampaknya rakyat kecil tidak
dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang kelas
menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang
beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan
mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.
Sistem
Ekonomi Gerakan Benteng
Sistem ekonomi Gerakan
Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk mengubah struktur
ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang
direncanakan oleh Sumitro Djojohadikusumo (menteri
perdagangan). Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial
menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya
adalah:
- Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
- Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
- Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit.
- Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gagasan Sumitro ini
dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng dimulai
pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700
perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi
tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan
pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :
- Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka sistem ekonomi liberal.
- Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
- Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
- Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
- Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup mewah.
Dampaknya adalah program ini
menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban defisit anggaran Belanja pada
1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya
sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan
bantuan kredit khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan
ekonomi lemah sehingga masih terdapat para pengusaha pribumi sebagai produsen
yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.
Nasionalisasi
De Javasche Bank
Seiring meningkatnya rasa
nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche
Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai
pemberian kredit harus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini menghambat
pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter. Tujuannya adalah
untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta melakukan
penghematan secara drastis. Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia sebagai bank sentral dan bank
sirkulasi diumumkan pada tanggal 15 Desember
1951 berdasarkan Undang-undang No. 24 tahun 1951.
Sistem
Ekonomi Ali-Baba
Sistem ekonomi Ali-Baba
diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo
(menteri perekonomian kabinet Ali I). Tujuan dari program ini adalah:
- Untuk memajukan pengusaha pribumi.
- Agar para pengusaha pribumi bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
- Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
- Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non pribumi.
Ali digambarkan sebagai
pengusaha pribumi
sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha non pribumi khususnya Cina. Dengan pelaksanaan
kebijakan Ali-Baba, pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan
latihan-latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar
dapat menduduki jabatan-jabatan staf. Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi
bagi usaha-usaha swasta nasional. Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu
bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada. Program ini tidak dapat
berjalan dengan baik sebab:
- Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh bantuan kredit.
- Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan bebas.
- Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.
Persaingan
Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk
merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak
Belanda. Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gde Agung. Pada tanggal 7
Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan Finek, yang berisi:
- Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
- Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
- Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak.
Hasilnya pemerintah Belanda
tidak mau menandatangani, sehingga Indonesia mengambil langkah secara sepihak.
Tanggal 13 Februari1956 Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan
pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara sepihak. Tujuannya untuk melepaskan
diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sehingga, tanggal 3 Mei 1956,
akhirnya Presiden Soekarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB. Dampaknya adalah
banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha
pribumi belum mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut.
Rencana
Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Masa kerja kabinet pada masa
liberal yang sangat singkat dan program yang silih berganti menimbulkan
ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya kemerosotan
ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.
Program yang dilaksanakan
umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa kabinet Ali
Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pembangunan jangka
panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini
berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan
antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun
1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional Pembangunan
(Munap). Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.
Didalam kondisi perekonomian di masa orde baru Pelaksanaan
pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) dilakukan orde baru secara
periodik 5 tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun). Pembangunan
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a) Pelita I
(1 April 1969 – 31 Maret 1974)
Tujuan dari Pelita I adalah untuk meningkatkan taraf
hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar –dasar pembangunan dalam
tahap-tahap berikutnya. Sasaran yang hendak dicapai ialah pangan, sandang,
papan, perluasan lapangan kerja dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih
menekankan kepada pembangunan bidang pertanian.
b) Pelita II
(1 April 1974 – 31 Maret 1979)
Sasaran utama Pelita II yaitu tersedianya pangan,
sandang, perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan
memperluas kesempatan kerja.
c) Pelita
III (1 April 1979 – 31 Maret 1984)
Pelita III menekankan pada Trilogi Pembangunan dengan
tekanan pada asas pemerataan, yaitu :
Pemerataan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak (pangan, sandang dan papan);
Pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan;
Pemerataan
pembagian pendapatan;
· Pemerataan
kesempatan kerja;
· Pemerataan
kesempatan berusaha;
· Pemerataan
kesempatan berpartisipasi dalm pembangunan;
· Pemerataan
penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air; dan
· Pemerataan
memperoleh keadilan.
d) Pelita IV
(1 April 1984 – 13 Maret 1989)
Pada titik ini pemerintah lebih menitikberatkan kepada
sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin industri sendiri.
e) Pelita V
(1 April 1989 – 31 Maret 1994)
Pada Pelita
ini pemerintah menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri.
f) Pelita VI
(1 April 1994 – 31 Maret 1999)
Pada Pelita VI Pemerintah masih menitikberatkan
pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian
serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
pendukungnya.
Ekonomi
Indonesia Pada Masa Transisi
Pada tanggal 14 dan 15 Mei 1997, nilai tukar baht
Thailand terhadap dolar AS mengalami suatu goncangan hebat akibat para investor
asing mengambil keputusan ‘jual’. Apa yang terjadi di Thailand akhirnya
merembet ke Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya, awal dari krisis
keuangan di Asia. Sejak saat itu, posisi mata uang Indonesia mulai tidak
stabil.
Sekitar bulan September 1997, nilai tukar rupiah yang
terus melemah mulai menggoncang perekonomian nasional. Untuk mencegah agar
keadaan tidak tambah memburuk, pemerintah Orde Baru mengambil beberapa langkah
konkret, diantaranya menunda proyek-proyek senilai Rp 39 triliun dalam upaya
mengimbangi keterbatasan anggaran belanja negara yang sangat dipengaruhi oleh
perubahan nilai rupiah tersebut.
Keadaan
sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan transisi memiliki karakteristik
sebagai berikut:
• Kegoncangan terhadap rupiah terjadi pada pertengahan
1997, pada saat itu dari Rp. 2.500 menjadi Rp 2.650 per dollar AS. Sejak masa
itu keadaan rupiah menjadi tidak stabil.
• Krisis rupiah akhirnya menjadi semakin parah dan menjadi
krisi ekonomi yang kemudian memuncuilkan krisis politik terbesar sepanjang
sejarah Indonesia.
• Pada awal pemerintahan yang dipimpin oleh Habibie
disebut pemerintahan reformasi. Namun, ternyata pemerintahan baru ini tidak
jauh berbeda dengan sebelumnya, sehingga kalangan masyarakat lebih suka
menyebutnya sebagai masa transisi karena KKN semakin menjadi, banyak kerusuhan.
RPLT tidak dapat berjalan
dengan baik disebabkan karena :
- Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.
- Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
- Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing.
Musyawarah Nasional Pembangunan
Masa kabinet Juanda terjadi
ketegangan hubungan antara pusat dan daerah. Masalah tersebut untuk sementara
waktu dapat teratasi dengan Musayawaraah Nasional Pembangunan (Munap). Tujuan
diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan
rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Tetapi tetap saja
rencana pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena:
- Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas.
- Terjadi ketegangan politik yang tak dapat diredakan.
- Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.
Hal ini membutuhkan biaya
besar untuk menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta sehingga meningkatkan defisit
Indonesia. Memuncaknya ketegangan politik Indonesia- Belanda menyangkut masalah
Irian Barat mencapai konfrontasi bersenjata.
B. Ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru (1968-1998)
Selama lebih dari
30 tahun pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto,
ekonomi Indonesia tumbuh dari GDP per kapita$70 menjadi lebih
dari $1.000 pada 1996.Melalui
kebijakan moneter dan keuangan yang ketat, inflasi ditahan sekitar 5%-10%, rupiah stabil dan dapat
diterka, dan pemerintah menerapkan system anggaran berimbang. Banyak dari anggaran
pembangunan dibiayai melalui bantuan asing.
Pada pertengahan
1980-an pemerintah
mulai menghilangkan hambatan kepada aktivitas ekonomi. Langkah ini ditujukan utamanya
pada sector eksternal dan financial dan dirancang untuk meningkatkan lapangan kerja
dan pertumbuhan di bidang ekspor non-minyak. GDP nyata tahunan tumbuh rata-rata
mendekati 7% dari1987-1997, dan banyakan alisis
mengakui Indonesia sebagai ekonomi industry dan pasar utama yang berkembang.
Tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari 1987-1997 menutupi beberapa kelemahan
structural dalam ekonomi Indonesia.Sistem legal sangat lemah, dan tidak ada cara
efektif untuk menjalankan kontrak, mengumpulkan hutang, atau menuntut atas kebangkrutan.
Aktivitas bank sangat sederhana, dengan peminjaman berdasarkan -"collateral"
menyebabkan perluasan dan pelanggaran peraturan, termasuk batas peminjaman.
Hambatan non-tarif, penyewaan oleh perusahaan milik negara, subsididomestik,
hambatan keperdagangan domestik, dan hambatan ekspor seluruhnya
menciptakan gangguan ekonomi.
KrisisfinansialAsia
Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir 1997 dengan cepat berubah
menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik. Responpertama Indonesia terhadap masalah
ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestic untuk mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya
nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya.
Pada Oktober
1997, Indonesia dan International Monetary Fund (IMF)
mencapai kesepakatan tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan
ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai merusak,
antara lain Program Permobilan Nasional dan monopoli, yang melibatkan anggota keluarga
Presiden Soeharto. Rupiah masih belum stabil dalam jangka waktu yang cukup
lama, hingga pada akhirnya Presiden Suharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei
1998.
B.J.
Habibie
Pada masa B.J HABIBIE berhasil
memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar
antara Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama
setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada
level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era
pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank
Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk
menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
- Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
- Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
- Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
- Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
- Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
- Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
- Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
K.H. Abdurrahman Wahid
Presiden K.H Abdurrahman wahid terpilih menjadi
presiden pada tahun 1999 memperpanjang program pinjaman dana IMF yang dimulai
oleh presiden B.J Habibie.
MEGAWATI
Megawati
dilantik menjadi presiden republik indonesia pada tanggal 23 juli 2001. pada
masa pemerintahannya banyak persoalan yang harus dihadapi. Salah satu masalah
yang amat penting adalah pemulihan ekonomi . berikut masalah-masalah yang
dihadapi Pres.Megawati:
1. Era kepemimpinan soeharto telah mewarisi utang luar negri (pemerintah dn swasta) sebesar US$150,80 MILIAR. Kebijakan megawati dalam mengatasi masalah ini adalah meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$5,8 miliar pada pertemuan paris club ke-3 tanggal 12 april 2002. pada tahun 2003, pemerintah mengakolasikan pembayaran utang luar negri sebesar Rp116,3 triliun. Melalui kebijakannya tersebut utang luar negri indonesia berkurang menjadi US$134.66 miliar. Salah satu keputusan megawati yang sangat penting pula adalah indonesia mengakhiri kerjasamanya dengan IMF.
2. krisis ekonomi yang melanda indonesia sejak tahun 1997 mengakibatkan kemerosotan pendapatan perkapita. Pada tahun 1997 pendapatan perkapita indonesia tinggal US$465. melalui kebijakan pemulihan keamanan situasi indonesia menjadi tenang. Presiden megawati berhasil menaikan pendapatan perkapita cukup signifikan yaitu sekitar US$930.
3. ketenangan megawati disambut oleh pasar, tak sampai sebulan dilantik kurs melonjak ke Rp 8500 per dollar AS. Indeks harga saham gabungan (IHSG) juga terus membaik hingga melejit ke angka 800.
4. dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan menekan nilai inflasi, presiden megawati menempuh langkah yang sangat kontroversi, yaitu melakukan privatisasi terhadap BUMN. Pemerintah menjual indosat pada tahun 2003. hasil penjualan itu berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi 4,1% dan inflansi hanya 5,06%. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara didalam periode krisis. Tujuannya adalah melindungi perusahaan negara dari interversi kekuatan-kekuatan politik dan melunasi pembayaran utang luar negri.
5. memperbaiki kinerja ekspor. Pada tahun 2002 nilai ekspor mencapai US$57,158 miliar dan import tercatat US$31,229 miliar. Pada tahun 2003 ekspor juga menanjak keangka US$61,02 miliar dan import meningkat keangka US$32,39 miliar.
6. kebijakan presiden megawati untuk melakukan pemberantasan korupsi dengan merealisasikan berdirinya komisi pemberantas korusi (KPK). Sekalipun telah didirikan KPK karena tidak ada gebrakan konkrit yang menonjol. Peringkat RI sebagai negara terkorup tetap memburuk. Pada tahun 2002, dari 102 negara indonesia menduduki peringkat ke-4. pada tahun 2003 indonesia menempati peringkat ke-6 dari 133 negara pengangkatan jaksa Agung M.A Rachman tidak memberikan arti penegakan hukum yang sangat signifikan. Tanpa ada retorika tegas tentang penegakan korupsi.
1. Era kepemimpinan soeharto telah mewarisi utang luar negri (pemerintah dn swasta) sebesar US$150,80 MILIAR. Kebijakan megawati dalam mengatasi masalah ini adalah meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$5,8 miliar pada pertemuan paris club ke-3 tanggal 12 april 2002. pada tahun 2003, pemerintah mengakolasikan pembayaran utang luar negri sebesar Rp116,3 triliun. Melalui kebijakannya tersebut utang luar negri indonesia berkurang menjadi US$134.66 miliar. Salah satu keputusan megawati yang sangat penting pula adalah indonesia mengakhiri kerjasamanya dengan IMF.
2. krisis ekonomi yang melanda indonesia sejak tahun 1997 mengakibatkan kemerosotan pendapatan perkapita. Pada tahun 1997 pendapatan perkapita indonesia tinggal US$465. melalui kebijakan pemulihan keamanan situasi indonesia menjadi tenang. Presiden megawati berhasil menaikan pendapatan perkapita cukup signifikan yaitu sekitar US$930.
3. ketenangan megawati disambut oleh pasar, tak sampai sebulan dilantik kurs melonjak ke Rp 8500 per dollar AS. Indeks harga saham gabungan (IHSG) juga terus membaik hingga melejit ke angka 800.
4. dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan menekan nilai inflasi, presiden megawati menempuh langkah yang sangat kontroversi, yaitu melakukan privatisasi terhadap BUMN. Pemerintah menjual indosat pada tahun 2003. hasil penjualan itu berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi 4,1% dan inflansi hanya 5,06%. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara didalam periode krisis. Tujuannya adalah melindungi perusahaan negara dari interversi kekuatan-kekuatan politik dan melunasi pembayaran utang luar negri.
5. memperbaiki kinerja ekspor. Pada tahun 2002 nilai ekspor mencapai US$57,158 miliar dan import tercatat US$31,229 miliar. Pada tahun 2003 ekspor juga menanjak keangka US$61,02 miliar dan import meningkat keangka US$32,39 miliar.
6. kebijakan presiden megawati untuk melakukan pemberantasan korupsi dengan merealisasikan berdirinya komisi pemberantas korusi (KPK). Sekalipun telah didirikan KPK karena tidak ada gebrakan konkrit yang menonjol. Peringkat RI sebagai negara terkorup tetap memburuk. Pada tahun 2002, dari 102 negara indonesia menduduki peringkat ke-4. pada tahun 2003 indonesia menempati peringkat ke-6 dari 133 negara pengangkatan jaksa Agung M.A Rachman tidak memberikan arti penegakan hukum yang sangat signifikan. Tanpa ada retorika tegas tentang penegakan korupsi.
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Perekonomian
Indonesia pada masa pemerintahan SBY cukup mengalami kenaikan, dibandingkan pada
masa-masa pemerintahan sebelumya.Hal ini di karenakan Pada
saat negara-negara lain mengalami "musim dingin ekonomi", Indonesia
sepertinya bias mengatasi badai ini dengan lebih baik. Namun, turunnya bursa
saham dan melemahnya mata uang rupiah menunjukkan bahwa Indonesia memang tidak
bias menghindar sepenuhnya dari krisis keuangan dunia.
Perekonomian
Indonesia memangt umbuh melambat seperti juga yang terjadi di negara-negara
lain. Ekonomi bertumbuh sebesar 5,2% pada kuartal IV/2008 dibandingkan kuartal
yang sama tahun sebelumnya akibat menurunnya permintaan dunia terhadap produk-produk
komoditas. Akibatnya, perekonomian Indonesia bertumbuh sebesar 6,1% pada 2008
dibandingkan dengan 6,3% pada 2007.
Pemerintah memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2009 akan lebih rendah dari tahun sebelumnya, berkisar antara 4,0% sampai 4,5%. Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi sekitar 4,0% atau bahkan lebih rendah apabila pelemahan ekonomi global lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini akan jauh lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia.
Pemerintah memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2009 akan lebih rendah dari tahun sebelumnya, berkisar antara 4,0% sampai 4,5%. Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi sekitar 4,0% atau bahkan lebih rendah apabila pelemahan ekonomi global lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini akan jauh lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia.
Indonesia memiliki
pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat,tetapi masih banyak kekurangan-kekurangan pada
masa pemerintahan SBY,yaitu:
1. Masih banyak warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan
Sekitar 150 juta penduduk Indonesia tidak memiliki akses yang baik untuk air
bersih.,sertat ingkat kematian ibu dan bayi yang terburuk di kawasan Asia.
2. UU Ketenaga kerjaan yang ada saat ini memiliki implikasi
terhadap berkurangnya daya saing Indonesia sebagai salah satu perekonomian padat
karya di Asia.
3. Mengenai UU Agraria dan peraturan pertanahan yang
membuat investasi di bidang infrastruktur menjadi suatu proses yang berbelit-belit.
4. Suatu kenyataan bahwa Indonesia masih terpuruk sebagai salah
satu negara yang paling korup di dunia. Berdasarkan penelitian Transparency
International dalam publikasinya yang berjudul 2009 Global Corruption
Barometer, Indonesia dianggap sebagai negara paling korup di Asia dengan lembaga
legislative sebagai institusi publik yang paling korup, disusul oleh lembaga yudisial
dan polisi.
5. Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mencatat,
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla memperbesar utang dalam
jumlah sangat besar. Posisi utang tersebut merupakan utang terbesar sepanjang
sejarah RI.
6. Kebijakan menaikkanharga
BBM 1 Oktober 2005, dan sebelumnya Maret 2005, ternyata berimbas pada situasi perekonomian
tahun-tahun berikutnya. Pemerintahan SBY-JK memangharus menaikkan harga BBM
dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat karena lonjakan harga minyak dunia.
KESIMPULAN
- Perekonomian Indonesia di awal paska kemerdekaan telah menerapkan beberapa usaha yang salah satunya adalah Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947 dan Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis.
- Dibawah kepemimpinan soekarno terdapat beberapa kebijakan di antaranya Nasionalisasi Bank Java menjadi Bank Indonesia , Mengamankan usaha-usaha yang menyangkut harkat hidup orang banyak dan Berusaha memutuskan kontrol Belanda dalam bidang perdagangan ekspor-impor.
- Pada masa perekonomian Indonesia di
masa orde baru dilakukan pembangunan secara
periodik 5 tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun).
Pelita yang dimaksud dibagi atas beberapa tahap :Pelita I (1 April 1969 – 31 Maret 1974)Tujuan dari Pelita I adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat.Pelita II (1 April 1974 – 31 Maret 1979)Sasaran utama Pelita II yaitu tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan kerja.Pelita III (1 April 1979 – 31 Maret 1984)Pelita III menekankan pada Trilogi Pembangunan dengan tekanan pada asas pemerataan.Pelita IV (1 April 1984 – 13 Maret 1989)Pada titik ini pemerintah lebih menitikberatkan kepada sektor pertanian .Pelita V (1 April 1989 – 31 Maret 1994)Pada Pelita ini pemerintah menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri.Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999)Pada Pelita ini Pemerintah melakukaan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.terjadi Krisis finansial Asia Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir 1997 mengakibatkan menaikkan rupiah, menaikkan suku bunga domestik, dan memperketat kebijakan fiskalnya.Akibatnya keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa transisi terjadi krisis rupiah akhirnya menjadi semakin parah dan menjadi krisis ekonomi maka keadaan rupiah menjadi tidak stabil
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/36568889/Sejarah-XII-IPA-BSE
http://andreaspaka.wordpress.com/2011/04/13/sistem-ekonomi-indonesia-orlam-orba-%E2%80%93-reformasi/
Komentar
Posting Komentar